RSS
Facebook
Twitter

Kamis, 16 Februari 2012

Plis, Ngertiin Gue!


Pernah nggak sih teman-teman mengucap pernyataan egois ini? Atau malah sering? Yah, minimal pernah mendengarnya. Iya kan?
Hadeehhh... Baru mulai menulis saya udah main nanya yang menjurus ke menyindir. Hehehe. Bukan maksud begitu tapi saya ingin sedikit membahas tentang ini. Alasannya? My fingers feel the itchness, want to type something. ^^

Tahukah teman-teman bahwa ‘plis, ngertiin gue!’ itu adalah pernyataan yang sangat egois. Bagaimana tidak? Pernyataan yang jelas-jelas mengandung sebuah kekuatan untuk meraup keuntungan sendiri, memaksakan kehendak, dan tidak memedulikan orang lain.

Kita tahu bahwa memang semua orang ingin dimengerti (menurut versinya masing-masing). Ya, dan itu memang manusiawi sebenarnya ketika kita ingin mengucapkannya di suatu waktu yang ah! Benar-benar sulit untuk dituangkan dalam kata-kata. Puncak di mana kita merasa tidak ada orang yang benar-benar memperhatikan atau tidak ada yang memberi apa yang kita inginkan. Tapi, yang perlu digarisbawahi di sini adalah : sudahkah kita melakukan seperti yang ingin kita dapatkan, memberi pengertian pada orang lain?

Dalam mengemukakan pendapat misalnya. Ada sebuah pendapat yang disampaikan di forum dan sudah disepakati. Namun, tiba-tiba kita berpikir memiliki pendapat yang kita rasa lebih baik daripada kesepakatan forum. Lalu kita protes, dan ternyata pendapat kita tidak diterima dan akhirnya kita marah.

Sungguh, benar-benar kekanakan dan lelah jika seperti itu. Capek pikiran dan yang paling parah adalah capek hati. Saya nggak asal ngomong lho teman-teman, karena saya adalah orang yang seperti itu: suka memaksakan kehendak, merasa pendapat saya yang paling baik dan benar, egois, dan sangat kepala batu. Ya, saya seperti itu, tapi itu dulu. Saya ulang, itu dulu.

Di dalam gerutuan kekesalan seperti ‘kenapa sih mereka nggak mau dengerin aku?’, ‘aku nggak pernah dianggep gitu, padahal aku bener’, ‘ya udah deh, kalau mereka nggak mau nerima, jangan nyesel ntar kalo mereka ngerasa salah’, yah dan whatever sejenisnya, saya merasa ada denyutan urat-urat otak yang seperti memerintahkan otak saya untuk berpikir lain, lebih tepatnya merenung.

Setelah terbuai dalam perenungan saya yang panjang saya menjadi sadar. Kita ingin dimengerti, kita adalah manusia. Sehingga kesimpulannya, semua manusia pun ingin dimengerti. Hidup ini siklus antara memberi dan menerima. Ketika kau banyak memberi dengan ikhlas, maka secara otomatis akan banyak yang akan kau terima. Namun, ketika kau hanya ingin menerima tanpa repot-repot memberi, jangan salahkan siapapun kalau nantinya kau akan banyak merasa kecewa. Sungguh, kecewa itu menyakitkan, kawan!

1 kata saya temukan untuk penyelesaian ini : MENGALAH. Ingat, mengalah bukan berarti kalah, menyerah, ataupun mati. Tinggalkan jubah keegoisan, topeng gengsi, dan cadar kesombongan. Semua ingin dimengerti, sehingga kita tidak boleh egois meminta orang lain untuk mengerti kita sedangkan kita tidak mau mengerti orang lain.

Sulit. Ya, sangat sulit untuk mencoba mengerti orang lain pada awalnya. Tapi ternyata, lama-lama mencoba mengerti orang lain itu menyenangkan. Ketika orang lain melihat bahwa kita mengerti mereka, secara otomatis merekapun akan bisa mengerti kita.

Bagi yang lebih suka didengar, jangan tidak mau untuk banyak mendengar. Bagi yang suka memaksakan kehendak, jangan sungkan untuk mau menerima. Ketika kita sudah terbiasa dan nyaman sebagai SUBJEK, cobalah untuk bisa memahami apa yang dirasakan OBJEK dengan apa yang kita subjekkan padanya.

Sekarang, kalau ada orang yang seperti itu, saya suka gregetan sendiri karena merasa seperti bercermin pada masa lalu. Gregetan ingin berkata, ‘hei, sudahlah! Kalau terus begini kau akan capek dan kecewa’.

Karena tekad kuat, dukungan dari teman-teman, dan lingkungan yang kondusif saya semakin bisa mengikis keegoisan saya yang seperti itu, juga keegoisan-keegoisan saya yang lain. Ya, walau mungkin masih ada orang yang merasakan sisa-sisa dari itu. Atau masih sama? Maafkan saya, saya khilaf... Tapi bener deh, saya niat seniat-niatnya untuk tidak menjadi sangat egois lagi.

Masalah hati itu memang rumit, maka imbangi dengan logika yang kita miliki. Jika merasa hati sudah panas meluap-luap dan kepala rasanya ingin meledak, maka siramlah dengan sejuk dan dinginnya air wudhu. Ketika tidak mempan, lalu shalatlah 2 rakaat. Masing tidak berpengaruh, tilawah. Segala cara sudah dicoba tapi belum berhasil, maka tidurlah! Istirahatkan hati dan otak anda.

Jangan menutup diri. Saya saja bisa berubah (step by step tentunya), saya yakin anda lebih bisa! :D





Wallahu a’alam,
Akabara Hikari

3 komentar:

Unknown mengatakan...

plis ngertiin gue!! biasanya banyak diterapkan orang. Hai Akabara, salam good Job. btw, bgm membuat orang lain mau melupakan 3 kata di awal komen saya ini??? hhe

Vyraswana mengatakan...

hahaha, gimana ya? (malah bingung sendiri)

pasang chip di otak, kalo ngomong 'plis ngertiin gue' chip nya meledak! kayaknya ini yang paling cocok, tapi kejam. hha :D

bisa coba ini :
1. Bertobat dan niat u/ memperbaiki diri.
2. Kalo kamu termasuk orang yang seperti ini, maka datang dan berkumpullah dengan orang yang sama kayak gini (yg suka ngomong plis ngertiin gue!)
3. Merenung, bagus kalo sekalian tahjud ^^
4. Diperlukan kesadaran diri sendiri dan teman2 yang senantiasa bisa saling mengingatkan.

Wallahu a'lam

Unknown mengatakan...

Bisa diterima, Kau benar. Thx ya.. Chip dikepala saya mau meledak nih.

  • Authoress

    Foto Saya
    Kuningan, Jawa Barat, Indonesia
    Seseorang yang sedang berjuang mempertahankan hidupnya dan mewujudkan mimpi-mimpinya.
  • Hi, Friends!

  • Followers