RSS
Facebook
Twitter

Jumat, 01 Juni 2012

Aksi ‘Tolak UKT’ Mahasiswa UNDIP Disambut Baik oleh Sang Rektor


Jum’at, 1 Juni 2012

Mendung tadi pagi tetap tak bisa lunturkan semangat para mahasiswa UNDIP untuk berkumpul di depan PKM (Pusat Kegiatan Mahasiswa) UNDIP mulai pukul 06.00 WIB. Bergabung dari berbagai macam lembaga mahasiswa, berbagai fakultas dan jurusan bersatu atas nama Mahasiswa UNDIP untuk aksi ‘Tolak UKT’ memperjuangkan nasib para calon mahasiswa yang akan mengenyam pendidikan di bangku kuliah.  Menjelang pukul 07.00, dalam hitungan mencapai ratusan, para mahasiswa memulai long march-nya dari PKM UNDIP sampai di depan Bundaran Sudharto.

Tolak, tolak, tolak UKT.
Tolak UKT sekarang juga...

Yel-yel pun mulai berkumandang. Dzul, sang korlap aksi dari FPP, mengomando pasukan agar tetap tertib dan dapat menjalankan aksi seperti yang telah direncanakan. Oh ya, bagi yang belum mengerti tentang UKT (Uang Kuliah Tunggal) atau lebih akrab tentang Tarif Tunggal, akan saya coba jelaskan secara singkat. Jadi, dalam pembayaran pendidikan di bangku perkuliahan itu ada beberapa komponen yaitu APBN, Sumbangan, dan dari per individu mahasiswa sendiri sehingga dapat meringankan biaya per semester setiap mahasiswa. Yang kaya maupun yang kurang mampu, semuanya dapat menjangkau biaya tersebut. Berbeda halnya jika UKT diterapkan. Sumber dana hanya dari APBN dan mahasiswa sehingga biaya per semesternya otomatis dapat naik menjadi 2 kali lipat atau lebih. Dan, akan mulai diberlakukan pada tahun ajaran 2012/2013.

Kembali ke aksi. Dalam aksi ‘Tolak UKT’, ada beberapa tuntutan yang disampaikan :
1. Undip menolak diterapkannya UKT.
2. Memberikan pendidikan berkualitas yang bisa diakses oleh semua lapisan masyarakat, tanpa terkecuali.
3. Menjamin dan membantu seluruh mahasiswa yang kurang mampu di UNDIP.
4. Transparasi dalam penurunan anggaran dan biaya tarif tunggal.
5. Peningkatan mutu fasilitas kampus.

Setelah dari Bundaran Sudharto, perjalanan dilanjutkan ke Bundaran Widya Puraya (WP) setelah adanya orasi dari korlap, perwakilan mahasiswa FISIP, FE, dan FT. Sambil menunggu kedatangan rektor, dilanjutkan lagi orasi dari perwakilan mahasiswa FPP, FKM, FPsi dan dll.

Mendung mulai pudar, sinar mentari pun perlahan terik menyengat, dan yang ditunggu pun akhirnya datang. Rektor UNDIP, Pak Sudharto P. Hadi, tentu tidak datang sendiri tapi didampingi oleh beberapa jajarannya. Setelah itu, yang ambil alih bicara di depan ada 3 orang : Pak Sudharto, Pak Warsito (PR 3 UNDIP), dan Reza (Presiden BEM KM UNDIP).



Presiden BEM KM UNDIP pertama-tama menjelaskan latar belakang dan tujuan diadakannya aksi yang pada intinya menuntut keadilan dan kebijaksanaan, seperti yang telah disiapkan. Jika tarif tunggal diberlakukan dan biaya perkuliahan menjadi mahal dan berbeda jauh dengan yang ada saat ini, bagaimana nasib rakyat yang kurang mampu? Jika tarif tunggal diberlakukan, akankan kualitas dan fasilitas pendidikan akan meningkat? Jika tarif tunggal di berlakukan, akankan ada transparasi yang dapat diketahui oleh seluruh mahasiswa?

Rektor UNDIP menegaskan kembali pernyataan yang sempat dinyatakan di sebuah media massa. Pada awal pendidikan, banyak komponen biaya yang akan dibayar oleh mahasiswa baru seperti SPP, SPI, dan lain-lain yang sifatnya ada yang dibayarkan setiap semester dan ada yang hanya dibayar sekali di awal. Dengan penerapan tarif tunggal, tidak ada lagi biaya yang besar di awal semester namun akan dibagi rata di setiap semesternya. Beliau dan juga PR 3 menegaskan bahwa menolak UKT ini tidak mungkin karena ini sudah peraturan dari DIKTI melalui surat edaran nomor 488/E/T/2012 bertanggal 12 Maret 2012. Yang bisa diusahakan dan diperjuangkan adalah bagaimana jika dengan diterapkannya tarif tunggal, biaya kuliah masih bisa terjangkau terutama oleh masyarakat golongan menengah ke bawah.

Jadi, dari poin-poin tuntutan yang diajukan, hanya poin 1 saja yang tidak diterima dan Pak Rektor dengan senang hati menerima tuntutan yang lain. Poin nomor 1 yang menuntut untuk menolak UKT tidak diterima karena pernyataaan tadi, sudah keputusan DIKTI namun masih akan diperjuangkan. "... yang kita tolak adalah tarif tunggal yang mahal, yang kita perjuangkan adalah tarif tunggal yang murah, untuk mahasiswa tidak mampu akan diberi keringanan bahkan bebas biaya..." Kata Pak Rektor. Untuk memperkuat, ada MOU sesuai dengan tuntutan yang diajukan di atas hitam putih bermaterai antara Rektor dan mahasiswa.

Kata Pak Rektor ada benarnya. Mungkin tidak terlalu masalah dengan UKT asalkan porsinya pas dan tidak memberatkan. Ketika dengan UKT biaya 8 semesternya sama dengan biaya 8 semester saat tidak diberlakukan UKT, mungkin tidak masalah asal memang jelas uang itu dipakai untuk apa saja. Ya, intinya ada transparasi. Dan apabila jadi lebih mahal, tetap harus ada transparasinya dan kami sebagai mahasiswa berhak untuk mendapatkan kualitas pendidikan yang lebih baik dan fasilitas pendukung yang lebih memadai lagi. Tadi saat bapak Rektor yang sedang bicara di depan, sempat terdengar ada yang berceletuk di belakang. Entah siapa, yang jelas saya tidak mengenal suaranya : Buat apa bayar mahal kalau toh kualitas pendidikannya tidak meningkat? Ini kan PT Negeri, harusnya murah tidak seperti swasta. Kalau negeri dan swasta sama mahalnya, apa bedanya? Justru mungkin nanti akan banyak yang ke swasta yang mahal dengan fasilitas dan kualitas yang seringkali lebih baik.

Perjuangan belum selesai..
Tolak Tarif Tunggal (yang mahal)!
Tolak Liberalisasi Pendidikan!
Tolak Kapitalisasi Pendidikan!
Kami butuh apresiasi dan fasilitas yang memadai!

Dan semoga apa yang tadi dikatakan oleh Pak Rektor dapat terealisasi dengan baik, bukan hanya sekedar kata. 





Aksi yang damai cerminan nilai intelektual mahasiswa,
Akabara Hikari ^___^

3 komentar:

aiai mengatakan...

aksi damai tapi berujung perpecahan

Vyraswana mengatakan...

ya, sedikit salah paham dan salah pengertian itu.. hehe.

Unknown mengatakan...

terjadi silang pendapat adalah wajar. Hanya saja cukup disesalkan peran korlap sempat di ambil alih oknum tertentu sehingga makin jelas ketidakkompakannya.

  • Authoress

    Foto Saya
    Kuningan, Jawa Barat, Indonesia
    Seseorang yang sedang berjuang mempertahankan hidupnya dan mewujudkan mimpi-mimpinya.
  • Hi, Friends!

  • Followers