RSS
Facebook
Twitter

Senin, 15 April 2013

Euforia UN, Ujian Nasional

Hari ini...

Ada yang senang, inilah detik-detik terakhir menjelang lulus SMA.
Gak nyangka, bentar lagi gue jadi mahasiswa!
Ada yang sedih, karena tak ingin cepat-cepat melepas masa SMA. 
Masa-masa SMA adalah masa-masa paling menyenangkan!
Ada yang dengan tenang berangkat dari rumah menuju medan perjuangan.
Biasanya yang udah ber-DUIT nih. (Doa, Usaha, Ikhtiar, Tawakal)
Ada yang berangkat dengan mengecek kartu SIM udah diganti apa belum
Biar gampang dapet jarkom jawaban UN, guys! Nah, lho!


Yah, mungkin begitulah kira-kira sebagian yang dilakukan oleh adik-adik kita yang hari ini katanya mau Ujian Nasional (UN) SMA. Menurut saya UN itu fenomena biasa saja (sekarang biasa, waktu pas dulu ngerasain juga ada deg-degan lah ya), yang juga dibilang tak biasa (cuma ngerasain 3 kali, alhamdulillah). UN itu ibaratnya garis batas yang mau tidak mau harus dilewati, garis penguji kelayakan apakah nanti pelakunya akan maju ke jenjang selanjutnya atau ada menanggung malu karena tak berhasil. Resiko tidak lulus memang berat, namun bukan berarti bisa memakai segala cara untuk lulus.

Seorang sahabat perjuangan memberikan kicauan semangat inspiratifnya di twitter pagi ini.

Semangat pagi! Buat adik-adik yang UN, semoga dimudahkan ya... :D
Kalian terlalu pintar untuk takut dengan UN... Jadi, santai aja ya... Jangan panik :) inget Allah.. inget Allah :)
Adik-adik, kalian terlalu pintar untuk ga lulus :) kalian terlalu pintar untuk lulus dengan cara yang melanggar aturan :)
[@taufikarahmat]

Allah akan selalu bersama hamba-Nya yang selalu mengingat-Nya kan?
Dan itu jadi mengingatkanku pada 4 tahun yang lalu.


Tahun 2009...

Untuk UN, kuyakin setiap orang akan melakukan segala persiapan untuk menghadapinya. Baik dengan jalan yang lurus-lurus saja maupun yang banyak belok-beloknya. Yang pasti untuk satu tujuan yang sama, LULUS UN!

Alkisah, ada seorang sahabat yang memberikanku pelajaran yang luar biasa yang sangat menginspirasi dan sampai sekarang masih tersimpan rapi dalam memori. Banyak hal yang bermakna yang kudapatkan dari sosok yang sederhana itu, termasuk tentang UN. Namanya Rianka, nama samarannya tentu saja.

Kulihat dia sebagai orang yang rajin dan sangat peduli dengan orang-orang di sekitar. Bagi orang yang terkadang terlalu keras kepala dan cuek sepertiku, dulu aku berpikir, "Kok ada ya orang yang kayak gini? Semua orang adalah yang utama untuk dibahagiakan, baru dirinya sendiri." Tapi lambat laun, aku pun tahu dan sadar bahwa sebenarnya semua orang bisa seperti itu. Karena itu, dia punya banyak teman dan sangat dipercaya untuk menjadi seseorang untuk berbagi dan tempat curhat. Ya, ada saja solusi yang dia tawarkan. Sama sepertiku, dia memiliki idealisme yang sama denganku : Say No to 'Menyontek', Keep Fighting and Pray 'cos Allah will help us.

Jadi, dalam menghadapi UN ini pastinya dia rajin belajar. Berkebalikan, jujur saya dulu ngeri juga kalau tak bisa lulus UN, tapi saya yakin tak belajar secanggih sahabat saya itu. Kata-kata hebat karena terlatih itu memang benar, yang sering berlatih tentunya akan jadi lebih sigap. Sama, UN pun begitu. Bagi orang yang berotak rata-rata memang sombong namanya kalau tidak mau belajar menghadapi ujian yang sakral ini. Semakin banyak belajar dan mengerjakan soal, pasti nantinya bisa. Begitu idealnya.

Akhirnya tibalah waktu UN. Di saat hampir semuanya mengganti nomor hp menjadi satu provider yang sama, di saat banyak yang membawa hp lebih dari dua ke ruang ujian, di saat kode-kode siap dilancarkan, sahabat saya itu mengerjakan soal dengan tenang. Yah, walaupun tidak melihat (secara, saya duduk paling depan, depan-depanan sama pengawas, mana berani tengok-tengok). Oke, tetap calm saat menghadapi ujiian.

Waktu ujian selesai, ketika bertemu dengan gadis berjilbab itu, seperti biasanya dia menanyakan bagaimana, bisa tidak atau hal-hal lain yang bisa ditanyakan saat itu. Dan begitu seterusnya. Ini tinggal berdo'a yang banyak, minta ke Allah.

Kemudian, tibalah hari dimana diumumkannya kelulusan UN.
deg... deg... deg...

Ketika itu saya lagi siap-siap berangkat ke sekolah untuk mengetahui jerih payah selama ini berhasil atau hanya sia-sia. Ada sebuah panggilan masuk.

KM, Ketua Murid is calling

"Assalamu'alaikum." Kuawali dengan salam.
"Wa'alaikumsalam, Hika?" Jawabnya memastikan.
"Kamu jangan kaget ya." Baru mendengar ini, serasa jantung saya mau copot. "Tadi aku ditelpon Pak Kogoro (Wali Kelas)." Ditelpon? Ngapain? Di hari pengumuman UN, jangan-jangan... "Tapi kamu jangan marah atau sedih." Dari cara bicaranya, malah dia yang terdengar sedih.
"Hah? Kenapa?"
"Di kelas kita ada 2 orang yang ga lulus."
Aaaaa.. Beneran dulu ingin rasanya diri ini berteriak. Jangan-jangan saya! Kan saya   nggak mau dikasih contekan.
"Si-siapa?"
"Pasti kamu nggak nyangka. Aku juga nggak nyangka soalnya."
Tambah penasaran. Jangan-jangan benar saya salah satunya.
"Teman dekatmu..." Deg! "...dan satunya lagi..." ia berhenti sejenak. "...Fumiko!"

Masya Allah!!!!
Saya lulus dan teman saya tidak. Kenapa juga Fumiko? Nggak saya?
Saat itu saya berpikir lebih baik saya saja yang sekalian tidak lulus.
(Tapi sekarang mikir ulang, kok dulu bisa berpikiran semengerikan itu ya? Hhe. Dasar.)

Ok, perjalanan ke sekolah waktu itu adalah perjalanan yang sangat tidak tenang sepanjang sejarah sekolah. Dan setelah sampai di sekolah saya harus pura-pura tidak tahu tentang kabar ini.

Awalnya, memang normal-normal saja ketika sampai di sekolah. Sampai akhirnya saya sadar Rianka tidak berangkat dan mulailah ada yang memberitakan dia adalah salah satu yang tidak lulus. Enth siapa yang memulai.


Ujian tidak datang pada orang yang tidak tepat.

Kita lihat perbedaannya.

Fumiko sudah menangis histeris karena dinyatakan tidak lulus karena ada salah satu nilai mata ujian yang tidak keluar. Mendengarnya, seperti hidup ini sudah berada pada batasnya. Banjir air mata, banjir kesedihan dibarengi dengan isak tangis yang menyayat hati baik dari dirinya dan keluarganya, serta teman-temannya pun ikut mengharubirukan hari itu.

Rianka.
Bagaimana mengatakannya?
Dia memang dinyatakan tidak lulus karena nilainya memang kurang. Tapi dia JUJUR, saudara-saudara. Tak ada cara curang yang ia lakukan saat UN.
Dia orang baik dan orang baik banyak yang menyayangi.
Kami sedih dan sangat sedih.
Namun, ketika kami datangi rumahnya. Apa ini? Tidak seperti mendatangi teman untuk menghibur. Ini seperti main. Tidak ada air mata, tidak ada kesedihan darinya. Yang ada adalah kami sedih dan dia yang menghibur dan menguatkan!!! Dia seperti tanpa beban dan sudah menerimanya dengan lapang dada, subhanallah! Kami yang sedih dan dia menghibur dengan tawanya! Satu hal yang tak pernah kubayangkan, dia meng-update status FB-nya dan memberitahu pada dunia bahwa dia adalah salah satu dari sekian banyak siswi tak lulus UN tapi yang berbeda darinya, dalam tulisannya di akhir dia menyemangati kita semua! Subhanallah!

Bahkan sekeras apapun guncangan tidak bisa merobohkan hatinya yang kuat.

Selanjutnya, Fumiko bisa dinyatakan lulus karena nilainya bisa keluar pada akhirnya. Rianka ikut lagi ujian penyetaraan di tahun yang sama. Fumiko, sudah jarang kudengar kabarnya. Rianka, saat ini masih lancar silaturahim terjalin walau tidak bertemu langsung. Di saat yang lain masih banyak yang mencari tempat kuliah, Rianka sudah dapat walau hanya sampai jenjang D3. Sekarang Rianka sudah bekerja di tempat yang nyaman dan saya masih jadi mahasiswi tingkat akhir. Saya do'akan bisa lanjut S1 dan nanti bisa bertemu di bawah guguran bunga sakura pada suatu musim semi di Jepang. Hehehe.

Tulisan ini ditulis bukan dengan maksud untuk membuat ragu adik-adik SMA yang berniat jujur saat mengerjakan UN. Banyak orang yang dengan kejujurannya itu sukses. Namun setiap orang telah disediakan jalannya masing-masing. Apapun yang seharusnya sampai pada kita maka akan sampai dan yang tidak seharusnya sampai, tidak akan sampai pada kita.



Semua orang bisa pintar.
Tapi banyak yang tidak kuat dengan ujian mental yang mengakibatkan krisis kepercayaan diri.
Semua orang bisa menang.
Tapi untuk jujur, tidak semua orang bisa melakukannya. Maka berbanggalah dan perbanyak syukur kepada-Nya.

UN, Ujian Kepercayaan Diri.
Selamat menikmati!

Ingat Allah, ingat orang tua yang selalu mendo'akan kita agar selalu berada dalam kebaikan.

0 komentar:

  • Authoress

    Foto Saya
    Kuningan, Jawa Barat, Indonesia
    Seseorang yang sedang berjuang mempertahankan hidupnya dan mewujudkan mimpi-mimpinya.
  • Hi, Friends!

  • Followers