"Kayaknya udah lama nih nggak lihat si Matahari, ke mana dia?" Tanya Lotus pada teman di sampingnya, Aster.
"Kamu nggak tau? Dia kan sakit, disuruh istirahat yang banyak gitu." Jelas Aster memberitahu.
"Eh, orang kayak dia bisa sakit juga?"
Sedikit cuplikan percakapan membuka tulisan kali ini.
Sakit itu wajar, manusiawi. Tapi itu jadi lain jika yang mengalaminya adalah seorang aktivis. Ya, seorang AKTIVIS di kampusnya. Baik itu aktivis organisasi maupun aktivis dakwah. Bagi mereka yang totalitas menjalani amanahnya sebagai aktivis, mereka punya seabrek agenda yang membutuhkan banyak energi, pikiran, waktu bahkan harta. Walaupun tidak selalu begitu, tapi rata-rata memang seperti itu. Terutama bagi mereka yang mempunyai peranan penting (fungsionaris) atau yang memiliki lebih dari satu amanah atau yang biasa disebut kader multiamanah.
Mereka dituntut untuk selalu ikhlas melakukan pengorbanan, terutama untuk mengorbankan semua urusan pribadi untuk kepentingan orang banyak, kalau aktivis dakwah bilangnya kepentingan umat. Waktu untuk diri mereka memang sedikit, namun bukan berarti tak ada. Semua pengorbanan ikhlas yang telah mereka lakukan akan mendapatkan balasan yang setimpal : berkesempatan bertemu dengan banyak orang, instansi, sampai pejabat negara yang berpotensi untuk memperluas link, karena agenda padat sehingga dituntut untuk bisa mengatur semuanya dalam waktu yang sangat terbatas, menemukan teknik belajar yang tepat (ya, waktu belajar aktivis tidak seperti mahasiswa kebanyakan mereka punya cara yang unik).
Jenuh mungkin, tapi mereka tak diberi kesempatan untuk mengeluh. Jika pun ada yang mengeluh, perlu ditanyakan kembali keikhlasannya. Waktu 24 jam bisa dirasa sangat kurang dan tak jarang banyak yang mengorbankan waktu tidurnya untuk melakukan hal-hal yang bukan hal pribadinya. Bisa tidur sebentar pun sudah terasa sangat nikmat. Muncullah dari mereka sosok-sosok enerjik, ahli di bidangnya, tahan banting, bisa berkomunikasi dengan baik, cakap, dll walaupun terkadang ada yang suka memaksakan keadaan atau kehendak dan hal negatif lain tergantung pribadi masing-masing. Semua orang memiliki kelebihan dan kekurangan yang harus dinilai secara adil.
Seyogyanya, para aktivis bukan hanya sekedar tahu akan konsep tawazun (keseimbangan antara fisik, rohani, dan akal) tapi harus bisa mengaplikasikannya dengan baik agar dapat lebih teratur dalam segala urusan. Karena padatnya aktivitas yang silih bersambung ini sering terlupa. Yang sering berantakan adalah pola makan dan pola istirahat. Inilah faktor utama penyebab sang aktivis jatuh sakit.
Maag. Penyakit paling populer di kalangan mahasiswa tak terkecuali aktivis yang lebih terbiasa dengan banyak kegiatan di luar kuliah, praktikum, dan mengerjakan tugas. Jika asam lambung sedang meningkat, hindari makan makanan yang pedas dan yang asam. Perbanyak pula makan cemilan diantara waktu makan. Penyakit ini bisa muncul sepanjang waktu.
Typhus. Anak biologi menyebutnya dengan 'Penyakit Kelaparan'. Tapi tidak semua yang terkena penyakit ini karena jarang makan, bisa saja tertular bakteri penyebabnya yaitu si Nella, nama imut dari Salmonella Typhosa. Terkena gejalanya saja sudah merepotkan bagi aktivis apalagi terkena penyakit utamanya. Yakin, seorang aktivis banyak yang tersiksa dengan penyakit ini. Bagaimana tidak, yang menderita penyakit ini dianjurkan untuk banyak istirahat sampai pulih total karena semakin banyak bergerak akan semakin memperparah keadaan karena perkembangbiakan bakteri penyebabnya sangat dipengaruhi gerakan. Maka dari itu
untuk makanan pun harus yang lembut-lembut. Jika sudah kena, pertahanan tubuh bisa melemah. Permasalahannya, terkadang tidak bisa dirasa sudah sembuh total atau belum, karena penderita typhus sering sudah tidak merasa sakit lagi sehingga dia bisa seenaknya menjalani aktivitas yang padat seperti semula. Saran terbaik adalah ikuti saran dokter. Jika dianjurkan istirahat (bedrest) 2 minggu, laksanakan. Bukankah lebih baik segalanya tertunda 2 minggu daripada berbulan-bulan tak menentu karena sering jatuh sakit kembali? Penyakit ini sering berhubungan dengan penyakit maag. Penyakit ini bisa datang musiman, bisa juga tidak.
DBD. Ini musiman. Jika dalam satu lingkungan ada yang terkena biasanya akan lebih cepat menular. Perhatikan tempat menampung air dan cara-cara mencegahnya dapat dicari lebih lengkap di browser internet anda. Penyakit ini juga perlu banyak istirahat. Pengalaman, ada seorang teman menderita DBD plus Typhus, tidak mau banyak istirahat, dan dia diberi obat sampai 10 macam.
Dan akhir-akhir ini ketiga penyakit di atas sedang nge-tren.
Berbicara tentang banyak istirahat sangat sulit bagi aktivis yang memang terbiasa dengan banyak agenda dan istirahat yang sedikit (atau sangat sedikit) ditambah sang aktivis merasa kuat-kuat saja walaupun sebenarnya masih dalam kondisi sakit yang membutuhkan istirahat. Jika pun bisa, malah jadinya pikiran yang tidak tenang. Maka lengkaplah penderitaannya jika dokter menyuruh banyak istirahat dan tidak boleh banyak pikiran. Bahkan ada aktivis yang sedang sakit menganggap banyak istirahat adalah penderitaan karena biasa agenda padat ini tidak boleh melakukan yang berat-berat dan tidak boleh pergi kemana-mana.
Ya, kekuatan sistem imun masing-masing orang-orang itu berbeda-beda
. Tapi tidak ada salahnya kan mengikuti saran dokter? Daripada tidak mengikuti lalu ke sananya jadi sering nge-drop yang setelah diakumulasi waktunya bisa lebih lama dari waktu istirahat yang disarankan dokter.
Katanya, seorang aktivis tidak boleh berleha-leha dengan kebutuhan pribadinya. Kata-kata ini sering dijadikan senjata oleh mereka yang sedang sakit sehingga mereka cenderung untuk memaksakan. Tapi ada juga aktivis yang memang sudah berpengalaman sakit dan tidak mau menurut namun pada akhirnya dia menyadari bahwa istirahat saat sakit itu perlu. Sakit itu ya saat istirahat yang sangat tepat untuk aktivis. Istirahat untuk sehat kembali. Jika memang susah istirahat untuk cepat sembuh, berpikirlah bahwa istirahat itu bukan hanya untuk sembuh saja tapi agar tidak terlalu lama membuat orang menunggu dan tidak membuat orang lain lebih banyak terdzolimi. Sehatnya aktivis bukan untuk dirinya sendiri, tapi untuk kepentingan orang banyak. Subhanallah! ^^
Sakit bukan halangan. Masalah amanah, tentunya masih ada orang yang bisa dipercaya untuk men-handle sementara. Sakit bukan hal yang buruk. Ini tanda sayang dari Allah. Mungkin karena ketika sehat kita sering terlupa, siapa tahu dengan kita sakit itulah cara Allah agar kita bertaubat dan memperbaiki diri. Ada banyak hal bermanfaat yang jarang bisa dilakukan oleh aktivis ketika dia sehat. Bisa mungkin menjadi lebih dekat dengan teman-teman satu kos, bisa baca banyak buku (baik yang bagian dari tugas baca atau bukan), lebih banyak mutaba'ah (introspeksi diri), rajin mengisi blog, dll yang bermanfaat daripada hanya mengeluhkan mengapa masa istirahat ini lama sekali dan sejenisnya. Bukankah seharusnya dalam istirahatpun seorang aktivis harus berkualitas?
Sebaik-baik manusia adalah yang bisa memberikan manfaat bagi yang lainnya. Bagi mereka yang aktivis, istirahat pun harus bisa memberikan manfaat minimal motivasi dan inspirasi bagi yang lain. Sakitnya pun bermanfaat apalagi sehatnya kan?
Cepat sembuh untuk yang sedang sakit. Semangat untuk yang masih menjalani masa istirahat atau bedrest.
Salam sehat untuk semua! :)