"Dalam kehidupan ini tidak ada manusia yang selalu benar.
Karena itu, dibutuhkan hati yang besar untuk memaafkan kesalahan orang lain."
Karena itu, dibutuhkan hati yang besar untuk memaafkan kesalahan orang lain."
Terik mentari siang hari kadang tak bisa diajak kompromi. Panas. Dan semakin sangat terasa panas bila kau tinggal di daerah yang memiliki pantai, walau tidak dekat dengan pantainya. Apalagi sekarang, musim tidak dapat dengan mudah diprediksi. Seharusnya sudah musim hujan, tapi panas malah terasa semakin menyengat. Tapi kadang hujan, dingin. Lalu panas lagi. Ekstrim, cuacapun bisa ababil. Oke, lupakan tentang musim dan cuaca.
Kau sudah mengerjakan tugasmu dengan baik dan ternyata lebih cepat dari yang diperkirakan. Lalu, bila tak ada fasilitas untuk mencetak file tugasmu, kemana kau akan pergi? Ya, rental komputer dan printer. Kau pergi dengan semangat 45 saking senangnya tugasmu sudah selesai.
Setibanya di sana, tak nampak banyak orang yang sedang menggunakan jasa tersebut. Kau akan tambah senang dong tentunya, merasa mestakung (semesta mendukung). Dalam pikiranmu semua akan berjalan dengan mulus. Kau tancapkan USB mu pada komputer yang menyala di depanmu, membuka file mu, lalu klik print. Tara! Tugasmu tercetak dengan cepat, bertambah senang lagilah hatimu itu. Setelah itu kau langkahkan kakimu menuju seorang pegawai yang sedang ada di meja depan untuk melakukan pembayaran.
"Mas, ini saya sudah selesai print. Minta tolong dijilid ya..." Kau berkata pada pegawai berbaju hitam itu. Tak perlu menunggu lama, pegawai tersebut langsung mengambil beberapa lembar cetakan tugasmu dan membawanya. Kau pun bertanya atau protes dalam hati, lho kok masnya asal ngeloyor aja, emang tahu mau dijilid seperti apa?
Kau lihat pegawai itu, bukannya malah langsung menjilid tugasmu, dia malah menghampiri pegawai yang lain dan membicarakan sesuatu yang entah apa itu. Kau lihat jammu, sudah 3 menit berlalu. Dia melihat ke arahmu. Sedikit agak lega karena kau pikir pegawai itu akan melakukan tugasnya. Dan benar, dia menghampirimu.
"Mau dijilid bagaimana?" Tanyanya. Seperti dugaanmu, dia belum mengerti mau dijilid seperti apa. "Yang depan bening belakangnya biru teknik." Kau beritahu dia. "Ha? Maksudnya?" Iya sih, kau sadar bahwa jawabanmu tadi memang kurang jelas. Tapi, memang biasanya kau menggunakan jasa di situ dan biasanya pegawai di situ sudah pasti mengerti apa yang kau maksud dan akhirnya kau menyimpulkan bahwa pegawai yang sedang melayanimu itu adalah orang baru. Apa mau dikata, ya sudah mari pelan saja.
"Yang depan plastik mika putih bening dan belakangnya bufallo biru teknik." Dia ber-oh ria lalu mengambil yang dimaksud. Alhamdulillah, dia mengerti. Ada lagi sesuatu yang membuatmu harus bersabar. "Berhubung ukurannya tidak sama dengan kertasnya, maka saya akan potong dulu. Mohon ditunggu." Kau mengangguk setuju, lha emang biasanya juga gitu. Yang namanya ngejilid, yang buat ngejilid biasanya lebih besar ukurannya daripada kertas yang kau gunakan untuk mencetak tugasmu.
Kau lihat bagaimana cara dia memotong kertasnya. Belum begitu ahli. Begitu lama, sampai kau pikir lebih baik kau saja yang melakukannya dengan cepat. "Aaaa...!!!!" Tiba-tiba dia heboh sendiri, "Pantesan motongnya susah. Lha wong cutter-nya tumpul. Sebentar ya..." Kau hanya menggeleng-gelengkan kepalamu dan selanjutnya kau lihat dia mengganti pisau pada cutter-nya itu. Kemudian dia kembali memotong kertas tadi. Tangannya gemetar, ragu-ragu. Bagi orang yang sudah naik pitam, pasti akan berkata, "Sebenarnya bisa tidak sih?" Tapi kau yakin bahwa kau tidak akan naik pitam, maka kau memutuskan untuk mengatakan hal-hal seperti itu.
"Mas, mas orang baru ya di sini?" Tanyamu saking sudah gregetannya. Pegawai itu menoleh ke arahmu. "Lho, kok tau?" Jelas tahu lah, biasanya juga sat sit set prung (serba cepat)! Kemudian dia menampakkan pose berpikir, "Ah! Saya tahu, pasti mau gombal siang kan?" Zzzzz.. Kalau ini dunia komik, di belakang kepalamu pasti sudah ada setetes air (sweatdropped). Mendengarnya, kau hanya tersenyum. Tersenyum miris. "Oke, sebentar lagi selesai." Lanjutnya. Menurutmu, sebentar itu berapa mas?
Setelah pergi entah kemana, pegawai itu pun kembali dengan membawa tugasmu yang sudah dijilid. Senyum cerah akhirnya menghias wajahmu lagi, sama seperti saat tadi kau datang ke tempat itu. Bagaimana tidak? Kau hanya membutuhkan waktu untuk mencetak kurang dari 5 menit, untuk menjilid sudah setengah jam kurang 3 menit kau menunggu, dan akhirnya selesai. Akhirnya....
"Sudah selesai saya jilid, silakan di cek dulu." Biasanya, kau tak perlu mengecek pun sudah bisa percaya bahwa yang dikerjakan oleh pegawai di sana sudah baik. Tapi karena pegawai baru, maka kau pun mengecek. Senyum cerahmu luntur seketika. Setelah kau buka halaman pertama, halaman kedua dan selanjutnya terasa janggal. Kau menyadari bahwa halaman kedua dan selanjutnya posisinya terbalik dan itu artinya jilid yang sudah melekat harus dibongkar kembali! Haruskah kau menunggu setengah jam lagi untuk menunggu tugasmu dijilid dengan rapi?
Ingat, kau tidak boleh emosi dan terlalu menyalahkan karena pegawai ini masih belajar. Maka, kau memilih untuk memakluminya saja. Singkat cerita, tugasmu sudah terjilid dengan rapi seperti yang kau inginkan.
"Jadi, semua ini berapa?" Ketika kau bertanya, wajah pegawai itu menggambarkan ekspresi terkejut. "Li-lima ribu." Jawabnya agak tergagap, seperti ketakutan. "Yakin, mas? Saya minta notanya ya..." Sebenarnya, kau tak masalah, tapi sejenak terlintas untuk mengetesnya sedikit. Dia mengusap keringat yang tiba-tiba menetes dari dahinya. Cuaca memang panas sih atau kau yang tiba-tiba terlihat menakutkan baginya? "Ini.." Dia menyodorkan nota, "Terima kasih, semoga tidak kapok." Lanjutnya. Setelah itu, walau agak kesal karena telah banyak waktu terbuang, kau ayunkan langkahmu menuju kost dan dalam perjalananmu kau yakinkan dirimu bahwa orang tadi baru belajar. Yang namanya orang belajar, kalau salah itu wajar. Kalau dia giat berlatih, pasti kemampuannya bisa jadi sama dengan pegawai-pegawai di sana yang pada dasarnya sudah profesional. Tukang ngeprint, tukang jilid, tukang fotocopy, semua itu terlatih. Setelah itu menjadi lihai dan pelayanannya pun bisa kau rasakan dengan baik.
Sekian. Semoga bisa mengambil hikmah dari kejadian ini :)
0 komentar:
Posting Komentar